Jumat, 28 November 2008

Manusia Penghuni Semesta Tujuuh Warna

Manusia penghuni semesta tujuh warna.
Kala meratap ia bagai lengking seruling.
Dengan segenap kerinduan jiwa yang
membakar wujudnya dan memintanya
bersenandung.
Melodi-melodi keindahan, ia menerawang
semesta ini, tempat segala yang mati
dihidupkan, tanpa iringan.
Denting detak debar jantung. Samudra,
belantara, bebukitan dan lembah-lembah
hening bening.
Matahari, rembulan dan langit tercenung dalam
diam.
Meski bintang-gemintang kelap-kelip di
angkasa, mereka lebih kesepian dari yang
lain, semua juga pecundang.
sebagaimana kita, para pengembara tanpa
daya di langit biru yang perkasa.
Mereka merakit sebuah kereta.
Meski tanpa perlengkapan, mereka tetap
melaju membelah semesta tak bertepi di
sepanjang malam-malam abadi.
Apakah aku seorang pemburu yang merenggut
dunia layaknya hewan buruan atau hanya
seorang sinting yang tak pernah peduli
tangisan batinnya: di mana anak Adam
akan menemukan sahabat?

Tidak ada komentar: